WELCOME

Jumat, 09 Februari 2018

T E N T A N G R A S A

" Ketika rasa tak mampu diutarakan, ia akan berubah menjadi tetesan tulisan penuh makna."

Sekiranya kutipan tersebut sudah mewakili apa yang akan aku goreskan di layar putih ini sembari ditemani alunan lagu pelipur lara. 

Ketika berbicara tentang rasa, apa yang kita pikirkan? kasih sayang? cinta kasih? atau malah patah hati?. Tentu, kita pasti sudah terpikirkan namun, sulit diutarakan, right? justru kita lebih sering menuangkannya dalam bentuk tulisan, bentuk diary misalnya . Memang sih tulisan-tulisan ampuh banget mejadi 'tempat curhat' terbaik. Orang-orang, bahkan teman terdekat kita pun belum tentu mengerti tentang rasa kita. Menjengkelkanya ya gak sih? pernah kah kalian mengalami itu?, iya benar.. aku sedang mengalaminya hehe. Akhirnya,jalan terbaik (lagi-lagi) melalui sebuah tulisan, lagipula aku sudah lama tidak berjumpa dengan blog aku yang sudah bersarang ini, sekalian silaturrahim lah yaa! 

Rasa itu misterius sekali ya.. seringkali ia mengganggu, tapi tak jarang juga ia menyenangkan. Terkadang aku merasakan tentang rasa yang sangat ingin aku utarakan, tetapi mulut ini tak mampu berucap. Terkadang aku merasakan tentang rasa yang datang tiba-tiba, tetapi aku tak sanggup untuk mengusir. Terkadang aku merasakan tentang rasa yang hanya serpihan debu, tetapi cukup termainkan olehnya. Sekarang, aku sedang merasakan tentang rasa yang sangat ingin aku utarakan, tetapi aku tak sanggup berucap, terkesan seperti orang gagu. 

Rasa juga seperti teka-teki. Teka-teki yang kita gak tau jawabannya apa dan memang hanya perasaan lah yang mampu menjadi petunjuknya. Malahan, bagiku seperti sedang bermain petualangan yang harus menemukan tujuan spesifik. Jika belum menemukan tujuan spesifik tersebut, rasa itu terus-menerus mengusik hati untuk menagih "hak" nya. Ahh! Sangat melelahkan! 

Rasa pun bagaikan penulis skenario film. Bayangkan saja, ketika kita merasakan rasa, rasa cinta contohnya. Kita akan terus-terusan memikirkan, membuat tulisan indah , namun naas memang namanya film harus ada bersambung nya. Ketika sudah mencapai bersambung tersebut, apa yang kita rasakan? menyakitkan bukan?. Eitss salah dehh, menyakitkan atau tidaknya kita sendiri yang menentukan karena kita lah author nya :p

Rasa juga bagaikan surat kecil yang kita tulis dalam hati.  Surat yang berisi senyuman, goresan , tangisan yang memang hanya kita lah yang paham betul. Ketika suratnya sudah dipenuhi tinta-tinta cinta, kita malah bingung "to:" nya untuk siapa? atau walaupun sudah tau "to:" untuk siapa tetapi, kita terjebak dalam kebingungan "akankah sampai dan terbalaskan?" .

Diantara sifat-sifat menjengkelkan tentang rasa, aku banyak belajar. Hmm... dari rasa, aku belajar menerima bahwa tidak semua realita dari jejak petualangan rasa ku akan berakhir sempurna seperti ekspetasinya. Dari rasa pun, aku belajar untuk mempertahankan apa yang harus aku pertahankan dan melepas apa yang harus aku lepas agar tercapai tujuan spesifik itu. Dari rasa pula, aku dapat mengasah kepekaan, peka terhadap apa yang sebenarnya ingin dicari dari sebuah kerumitan rasa yang  terpendam. Iyaa!! tanpa sadar rasa menjadikan kita lebih dewasa. 

Sebagai penutup tentang rasa , sama seperti pembuka.. aku tutup dengan sebuah kutipan kembali...

Ketika mata tak lagi mampu menitikan air mata, dan mulut tak mampu kembali membuka untuk sekedar menuangkan rasa. 
Komposisi per partnya :
99% curhatan
1% hasil imajinasi hati